PENDAHULUAN.
Latar Belakang. Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium Tuberculosis atau TBC.Sebagian besar kuman TBC menyerang paru tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya.Kuman TBC ini berbentuk batang mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam parla pewarnaan.Oleh karena itu disebut juga sebagai basil tahan asam BTA Kuman TBC cepat mati dengan sinar matahari langsung tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam di tempat yang gelap dan lembab Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat dorman tertidur lama selama bebrapa tahun Depkes RI 2015.
Di Indonesia merupakan penyakit urutan ke lima di dunia India Cina,Afrika selatan,Nigeria dan Indonesia.Berdasarkan Global Report TB tahun 2013 prevalensi kasus penderita TB Paru di Indonesia secara nasional pada tahun 2010 adalah sebesar 285 per 100. 000 penduduk angka kematian TB telah turun menjadi 27 per 100.000 penduduk Kepmenkes RI 2014.
Pada tahun 2009 penemuan di Provinsi Kal Sel penderita TB Paru BTA positif mencapai 6.650 kasus dan diobati sebanyak 6.755 kasus serta penderita TB paru yang sembuh sebanyak 6.371 kasus.Di Provinsi Kal-Sel Jumlah penemuan Penderita TB Paru BTA positif pada tahun 2010 mencapai 8.466 kasus dan diobati sebanyak 9.779 kasus serta penderita TB paru yang sembuh 6.903 kasus Dinkes Provinsi Kalimantan Selatan 2015.Di Kota Banjarmasin sendiri pada tahun 2010 perkiraan 1.242 kasus total penderita TBC yang diobati tahun 2010 sebanyak 1.119 jiwa persentase kesembuhan sebesar 92,41% meninggal 1,22% atau kasus TBC yang meninggal sebanyak 6 jiwa.Cakupan penemuan pasien baru TB BTA positif sebanyak 947 kasus capaian 76% Dinkes Banjarmasin 2015.
Sedangkan di Puskesmas Berangas Barat pada tahun 2015 sebanyak 39 kasus sedangkan periode januari Maret 2014 adalah sebanyak 8 kasus Data Puskesmas Berangas Barat 2014. Faktor resiko yang dapat menimbulkan penyakit tuberkulosis adalah faktor daya tahan tubuh yang rendah vaksinasi kemiskinan kepadatan penduduk diantaranya infeksi HIV/AIDS dan malnutrisi.Tuberkulosis terutama banyak terjadi di populasi yang mengalami stress nutrisi jelek penuh sesak ventilasi rumah yang tidak bersih perawatan kesehatan yang tidak cukup dan perpindahan tempat.Genetik berperan kecil tetapi faktor faktor lingkungan berperan besar pada insidensi kejadian tuberkulosis.
Cara penularan yang menjadi sumber penularan yang menjadi sumber penularan adalah pasien TB BTA positif pada waktu batuk atau bersin.Umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak berada dalam waktu yang lama Ventilasi dapat mengurangi jumlah percikan sementara sinar matahari langsung dapat membunuh kuman.Percikan dapat bertahan selama beberapa jam dalam keadaan yang gelap dan lembab.Daya penularan seorang pasien ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya.Makin tinggi derajat kepositifan hasil pemeriksaan dahak makin menular pasien tersebut Depkes RI 2015.Lingkungan merupakan hal yang tidak terpisahkan dari aktivitas kehidupan manusia.Lingkungan baik secara fisik maupun biologis sangat berperan dalam proses terjadinya gangguan kesehatan masyarakat termasuk gangguan kesehatan berupa penyakit tuberkulosis Notoatmodjo 2014.
Oleh karena itu kesehatan sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan baik secara fisik biologis maupun social.Lingkungan rumah merupakan salah satu faktor yang memberikan pengaruh besar terhadap status kesehatan penghuninya.Penyakit menular merupakan hasil perpaduan berbagai faktor yang saling mempengaruhi.Faktor tersebut yaitu Lingkungan Environment Penyakit Agent dan Pejamu Host Ketiga faktor penting ini disebut segitiga epidemiologi Epidemiological Triangle Hubungan ketiga faktor tersebut digambarkan secara sederhana sebagai timbangan yaitu agent penyakit pada satu sisi dan pejamu pada sis yang lain dengan lingkungan sebagai penumpunya Syahransyah 2015.
Berdasarkan latar belakang tersebut mengingat pentingnya kelembaban udara yang menjadi faktor resiko terjadinya penyakit TB Paru. Maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai hubungan antara kelembaban dalam rumah dengan kejadian TB Paru di wilayah kerja Puskesmas Berangas Barat Tahun 2015 Rumusan Masalah. Berdasarkan latar belakang diatas bahwa pada Tahun 2011 masih tinggi angka kejadian TB Paru khususnya di wilayah kerja Puskesmas Bearangas Barat diduga berkaitan dengan kelembaban udara dalam rumah yang beresiko tinggi.Dari latar belakang tersebut maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sejauh mana hubungan antara kelembaban udara dalam rumah dengan kejadian TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Bearangas Barat Tahun 2015.
Tujuan Penelitian.
1. Tujuan Umum.
Diketahuinya hubungan antara kelembaban udara dalam rumah dengan kejadian TB Paru di wilayah kerja Puskesmas Berangan Barat BATOLA Tahun 2014.
2. Tujuan Khusus.
a. Diketahuinya distribusi frekuensi kelembaban udara dalam rumah di wilayah kerja Puskesmas Berangas Barat Tahun 2014.
b. Diketahuinya distribusi frekuensi kejadian TB Paru di wilayah kerja Puskesmas Berangas Barat Tahun 2014. cDiketahuinya hubungan kelembaban udara dalam rumah dengan kejadian TB Paru di wilayah kerja Puskesmas Beangas Barat BATOLA Tahun 2014.
Manfaat Penelitian.
1. Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat STIKes Banjarmasin.
Skripsi dapat dijadikan referensi untuk bahan masukan kesehatan lingkungan dan dapat di pertimbangkan terutama dalam upaya pencegahan dan penanggulangan penyakit TB Paru.Menambah judul bacaan serta ilmu pengetahuan khususnya tentang penyakit TB Paru.
2. Bagi Puskesmas Berangas Barat.
Hasil penelitian dapat menjadi masukan bagi puskesmas untuk membuat kebijakan dalam hal penanggulangan TB Paru melalui kelembaban udara dalam rumah sehingga dapat menurunkan angka kesakitan TB Paru.
3. Bagi Peneliti.
Menerapakan ilmu yang diperoleh selama dibangku kuliah dan menambah wawasan ilmu pengetahuan serta pengalaman agar dapat mengaplikasikan semua ilmu yang telah didapat selama ini yang berhubungan antara kelembaban udara dalam rumah dengan resiko kejadian TB Paru.
Ruang Lingkup.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara kelembaban udara dalam rumah dengan kejadian TB Paru di wilayah kerja Puskesmas Berangas Barat.Dengan melakukan pengambilan data sekunder yang berasal dari puskesmas Berangas Barat dan pengambilan data primer melalui observasi dan kuesioner di Wilayah Kerja Puskesmas Berangas Barat pada Juli dan Agustus 20115 Jenis metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik dengan menggunakan pendekatan Croos Sectional.
TINJAUAN PUSTAKA.
A. Kesehatan Masyarakat.
1. Pengertian Kesehatan Masyarakat. Kesehatan Masyarakat adalah Ilmu dan Seni mencegah penyakit memperpanjang hidup dan meningkatkan kesehatan melalui usaha usaha pengorganisasian masyarakat untuk perbaikan sanitasi lingkungan dan sebagainya Winslow 1920.Kesehatan Masyarakat adalah Ilmu dan Seni dalam mencegah penyakit preventive menyampaikan informasi informasi kesehatan promotion dan juga mengubah perilaku masyarakat dalam upaya akan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat akan ditemui masalah masalah kesehatan secara langsung maupun tidak langsung yang mempengaruhi kesehatan manusia Marcel 2015.Kesehatan Masyarakat adalah Ilmu dan Seni untuk mencegah penyakit memperpanjang hidup dan meningkatkan kesehatan dan efisiensi melalui upaya masyarakat yang terorganisasi untuk.
a. Perbaikan sanitasi lingkungan.
b. Pemberantasan penyakit penyakit menular.
c. Pendidikan untuk kebersihan perorangan.
d. pengorganisasian pelayanan pelayanan medis dan keperawatan untuk diagnosis dini dan pengobatan.
e. pengembangan rekayasa sosial untuk menjamin setiap orang terpenuhi kebutuhan hidup yang layak dalam memelihara kesehatannya.
2. Aspek Kesehatan Masyarakat.
a. Epidemiologi.
b. Biostatistik atau Statistik Kesehatan.
c. Kesehatan Lingkungan.
d. Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku.
e. Administrasi kesehatan Masyarakat.
f. Gizi Masyarakat.
g. Kesehatan Kerja.
h. Kesehatan Reproduksi.
B. Konsep Kesehatan Lingkungaan.
Ilmu kesehatan lingkungan adalah ilmu multidisipliner yang mempelajari dinamika hubungan interaktif antara sekelompok manusia atau masyarakat dengan berbagai perubahan komponen lingkungan hidup manusia yang diduga dapat menimbulkan gangguan kesehatan pada masyarakat dan mempelajari upaya untuk penanggulangan dan pencegahannya Amang Icank 2015.
1. Ilmu Sanitasi Lingkungan.
Ilmu sanitasi lingkungan adalah bagian dari ilmu kesehatan lingkungan yang meliputi cara dan usaha individu atau masyarakat untuk mengontrol dan mengendalikan lingkungan hidup eksternal yang berbahaya bagi kesehatan serta yang dapat mengancam kelangsungan hidup manusia.
2. Tujuan dan Ruang Lingkup Kesehatan Lingkungan.
Tujuan dan ruang lingkup kesehatan lingkungan dapat dibagi menjadi dua secara umum dan secara khusus Tujuan dan ruang lingkup secara umum antara lain:
a. Melakukan koreksi atau perbaikan terhadap segala bahaya dan ancaman pada kesehatan dan kesejahteraan hidup manusia.
b. Melakukan usaha pencegahan dengan cara mengatur sumber sumber lingkungan dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan dan kesejahteraan hidup manusia.
c. Melakukan kerjasama dan menerapkan program terpadu di antara masyarakat dan institusi pemerintah serta lembaga nonpemerintah dalam menghadapi bencana alam atau wabah penyakit menular.
Adapun tujuan dan ruang lingkup secara khusus meliputi usaha-usaha perbaikan atau pengendalian terhadap lingkungan hidup manusia yang diantaranya berupa:
1. Penyediaan air bersih yang cukup dan memenuhi persyaratan kesehatan.
2. Makanan dan minuman yang diproduksi dalam skala besar dan dikonsumsi secara luas oleh masyarakat. 3. Pencemaran udara akibat sisa pembakaran BBM batubara kebakaran hutan dan gas beracun yang berbahaya bagi kesehatan dan makhluk hidup lain dan menjadi penyebab terjadinya perubahan ekosistem.
4. Limbah cair dan padat yang berasal dari rumah tangga pertanian peternakan industri rumah sakit dan lain-lain.
5. Control terhadap arthropoda dan rodent yang menjadi vector penyakit dan cara memutuskan rantai penularan penyakitnya.
6. Perumahan dan bangunan yang layak huni dan memenuhi syarat kesehatan.
7. Kebisingan radiasi dan kesehatan kerja.
8. Survey sanitasi untuk perencanaan pemantauan dan evaluasi program kesehatan lingkungan.
C. Rumah Sehat.
1. Pengertian Rumah Sehat.
Rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga.Rumah sehat adalah tempat untuk berlindung atau bernaung dan tempat untuk beristirahat sehingga menumbuhkan kehidupan baik fisik rohani maupun sosial Kepmenkes No 829 tahun 2014.Untuk menciptakan rumah sehat maka diperlukan perhatian terhadap beberapa aspek yang sangat berpengaruh antara lain:
a. Sirkulasi udara yang baik.
b. Penerangan yang cukup.
c. Air bersih terpenuhi.
d. Pembuangan air limbah diatur dengan baik agar tidak menimbulkan pencemaran.
e. Bagian bagian ruang seperti lantai dan dinding tidak lembab serta tidak terpengaruh pencemaran seperti bau rembesan air kotor maupun udara kotor.
2. Syarat Rumah Sehat.
a. Tidak terletak pada daerah rawan bencana alam seperti bantaran sungai aliran lahar gelombang tsunami longsor dan sebagainya.
b. Tidak terletak pada daerah bekas tempat pembuangan akhir sampah dan bekas pertambangan.
c. Tidak terletak pada daerah rawan kecelakaan dan daerah kebakaran seperti jalur pendaratan penerbangan.
3. Kriteria Rumah Sehat.
a. Kering.
Rumah dikondisikan dengan membangun sistem bangunan yang dikonstruksi dengan lingkungan dalam ruangan yang terkontrol.Bisa dilakukan dengan menjaga agar sistem saluran air saluran pembuangan terjaga dengan baik Begitu pun masalah perembesan dan kebocoran rumah hendaknya diatur agar tidak terjadi.
b. Bersih.
Sistem bangunan yang dimiliki memungkinkan agar rumah bebas kotoran debu asap serta kontaminan lainnya.Rumah yang berada di dekat jalan raya jelas berbeda penangannya dengan rumah yang ada dikomplek HKSN Herlina Perkasa.
c. Aman.
Rumah hendaknya dibangun dengan bentuk fungsi dan peralatan yang aman bagi penghuni Konsep ergonomis di setiap piranti hendaknya juga dipikirkan dengan matang Sisi keamanan adalah faktor yang penting demi menghindari terjadinya kecelakaan di dalam maupun di sekitar rumah.
d. Bebas Kontaminasi.
Gunakan cat rumah dan produk produk bangunan yang aman dan tidak mengganggu kesehatan Jauhi penggunaan formaldehida untuk meminimalisir kontaminasi anggota keluarga.
e. Memiliki Ventilasi.
Ventilasi berfungsi untuk memperlancar pertukaran udara segar Standardnya harus ada di setiap ruangan.
f. Bebas dari hewan pengganggu.
Penghuni hendaknya menjaga agar setiap sudut rumah bebas dari hewan pengganggu seperti tikus kecoa cicak dan lain lain.Hewan hewan ini selalu berusaha untuk mencari makanan dan sarang di dalam rumah sehingga ada harus benar benar ekstra bekerja keras untuk mengenyahkannya.
g. Terawat.
Rumah yang sehat adalah rumah yang setiap elemennya terawat dan terpelihara dengan baik.Para penghuni rumah hendaknya mengatur jadwal khusus untuk saling berbagi tugas melakukan tugas ini demi kepentingan bersama.
4. Persyaratan Lingkungan Rumah Sehat.
Menurut Winslow dan APHA American Public Health Association 2001 lingkungan rumah yang sehat harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Suhu ruangan yaitu dalam pembuatan rumah harus diusahakan agar kontruksinya sedemikian rupa sehingga suhu ruangan tidak berubah banyak dan agar kelembaban udara dapat dijaga jangan sampai terlalu tinngi dan terlalu rendah.Untuk ini harus diusahakan agar perbedaan suhu antara dinding lantai atap dan permukaan jendela tidak terlalu banyak.
b. Harus cukup mendapatkan pencahayaan baik siang maupun malam.Suatu ruangan mendapat penerangan pagi dan siang hari yang cukup yaitu jika luas ventilasi 10% dari jumlah luas lantai.
c. Ruangan harus segar dan tidak berbau untuk ini diperlukan ventilasi yang cukup untuk proses pergantian udara.
d. Harus cukup isolasi suara sehingga tenang dan tidak terganggu oleh suara suara yang berasal dari dalam mupun dari luar rumah.
e. Harus ada variasi ruangan misalnya ruangan untuk anak-anak bermain ruang makan ruang tidur. fJumlah kamar tidur dan pengaturannya disesuikan dengan umur dan jenis kelaminnya.Ukuran ruang tidur anak yang berumur kurang dari lima tahun 4,5 m3 artinya dalam satu ruangan anak yang berumur lima tahun ke bawah diberi kebebasan menggunakan volume ruangan 4 5 m3 1 5 � 1 � 3 m3 dan diatas lima tahun menggunakan ruangan 9 m3 3�1�3 m3.
D. Tuberkulosi.
1. Definisi.
Penyakit TBC adalah penyakit menular yang disebabkan oleh mycobakterium tuberculosis Kuman batang aerobik dan tahan asam ini dapat merupakan organisme patogen maupun saprofit.Sebagian besar kuman TBC menyerang paru tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainya Depkes RI 2015. Penyakit tuberkulosis disebabkan oleh kuman atau bakteri Mycobacterium tuberculosis.Kuman ini pada umumnya menyerang paru paru dan sebagian lagi dapat menyerang di luar paru paru seperti kelenjar getah bening kelenjar kulit usus atau saluran pencernaan selaput otak dan sebagianya Laban 2014.TB Paru adalah suatu penyakit menular yang sebagian besar disebabkan oleh kuman TB Mycobacterium tuberculosis.Kuman tersebut masuk ke dalam tubuh manusia melalui udara pernafasan ke dalam paru kemudian kuman tersebut dapat menyebar dari paru ke bagian tubuh lain melalui sistem peredaran darah system saluran limfa melalui saluran pernafasan atau penyebaran langsung ke bagian tubuh lainnya Notoadmodjo 2015.
2. Etiologi.
Penyebab tuberculosis adalah Mycobacterium tuberculosis sejenis kuman berbentuk batang dengan ukuran panjang 1 4/Um dan tebal 0 3 0 6/Um. Menurut Heinz 2001 dikutip dari Ikue dkk 2013 penyebab terjadinya penyakit tuberkulosis adalah basil tuberkulosis yang termasuk dalam genus.Mycobacterium suatu anggota dari famili Mycobacteriaceaedan termasuk dalam ordo Actinomycetalis Mycobacterium tuberculosa menyebabkan sejumlah penyakit berat pada manusia dan penyebab terjadinya infeksi tersering.Masih terdapat Mycobacterium patogen lainnya misalnya Mycobacterium leprae Mycobacteriumpara tuberkulosis dan Mycobacterium yang dianggap sebagai Mycobacterium non tuberculosis atau tidak dapat terklasifikasikan. Mycobacterium tuberkulosis adalah kuman berbentuk batang yang mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan sehingga disebut pula basil tahan asam BTA.Kuman TBC cepat mati dengan sinar matahari langsung tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam ditempat yang gelap dan lembab.Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat dormant atau tertidur lama selama beberapa tahun Depkes RI 2015.
3. Gejala Tuberkulosis Paru.
Orang-orang yang terkena serangan penyakit ini tubuhnya mudah lelah tanpa alasan berat badan makin menurun serta kurang cerna lama kelamaan akan timbul demam ringan kebanyakan diwaktu sore hari dan sering berkeringat diwaktu malam.Tanda yang utama adalah batuk selalu keras serta kemungkinan bertambahnya riak kadang kadang dahak ini bercampur dengan garis garis merah karena bercampur dengan darah Wahyusi 2015 51. Gejala utama. .Batuk terus menerus dan berdahak Selama 3 tiga minggu atau lebih gejala tambahan yang sering terjadi. .Dahak bercampur darah. .Batuk darah. .Sesak nafas dan nyeri dada. .Badan lemah nafsu makan menurun berat badan menurun rasa kurang enak badan malaise berkeringat malam walaupun tanpa kegiatan demam meriang lebih dari sebulan Depkes RI 2015: 24.
4. Patogenesis/Patologi.
a. Tuberkulosis Primer.
Penularan Tuberculosis Paru terjadi karena kuman dibatukkan atau dibersinkan keluar menjadi droplet nuclai dalam udara.Partikel infeksi ini dapat menetap dalam udara bebas selama 1sampai 2 jam tergantung pada ada tidaknya sinar ultra violet ventilasi yang baik dan kelembaban.Dalam suasana lembab dan gelap kuman dapat tahan berhari hari sampai berbulan bulan.Bila partikel infeksi ini terhisap oleh orang sehat akan menempel pada jalan nafas atau paru paru.Bila kuman menetap dijaringan paru bertumbuh dan berkembangbiak dalam sitoplasma makrofag.Disini akan masuk terbawa kedalam tubuh lainnya Kuman yang bersarang di jaringan paru paru akan membentuk sarang Tuberculosis Pnomunia kecil dan disebut sarang primer atau afek primer.Sarang primer ini terjadi di bagian mana saja jaringan paru.Dari sarang primer ini akan timbu peradangan saluran getah bening menuju hilus limfangitis lokal dan juga diikuti pembesaran kelenjar getah bening hilus lifangitis regional.Sarang primer+Limfangitis local+limfangitis regional=Kopleks Primer Kompleks Primer ini selanjutnya dapat menjadi:
1. Sembuh sama sekali tanpa meninggalkan cacat.
2. Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas berupa garis garis fibrotic kalsifikasi di hilus atau kompleks sarang ghona.Berkomplikasi dan menyebar secara.Per kontinuitatum yakni menyebar kesekitarnya:
-Secara bronkogen pada paru yang bersangkutan maupun pada paru yang disebelahnya.Dapat juga kuman tertelan bersama sputum dan ludah sehingga menyebar ke usus.
-Secara limfogen keorgan tubuh lainnya.
-Secara hematogen ke organ tubuh lainnya.
-Semua kejadian diatas tergolong dalam perjalanan Tuberculosis Primer.
b. Tuberkulosis Post Primer.
Kuman yang dormant pada tuberculosis primer akan muncul bertahun-tahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi tuberculosis dewasa.Tuberkulosis Post Primer Tuberculosis Post Primer ini dimulai dengan sarang dini yang berlokasi di region atas paru-paru.Sarang dini ini mula mula juga berbentuk sarang pneumonia kecil.Dalam 3 4 minggu sarang ini menjadi tuberkel yakni suatu granuloma.Tergantung dari jumlah kuman virulensinya dan imunitas penderita sarang dini ini dapat menjadi:
1. Direpsorpsi kembali dan sembuh tanpa meninggalkan cacat.
2. Sarang yang mula mula meluas tapi segera menyembuh dengan sebukan jaringan fibrosis.
3. Sarang dini yang meluas dimana granuloma berkembang menghancurkan jaringan sekitarnya dan bagian tengahnya mengalami nekrosis dan menjadi lembek membentuk jaringan keju bila jaringan keju ini dibatukkan keluar akan terjadilah Kevitas dan Kevitas dapat:
a. Meluas kembali dan menimbulkan serangan pneumonia baru.Sarang ini kemudian mengikuti perjalanannya. b. Memadat dan membungkus diri sehingga menjadi tuberculosis.Tuberkuloma ini dapat mengapur dan menyembuh atau dapat aktif kembali menjadi cair dan jadi kavitas lagi.
c. Bersih dan menyembuh disebut Open healed cavity.Dapat juga menyembuh dengan membungkus diri dan menjadi kecil.Kadang-kadang berakhir dengan kavitas yang terbungkus menciut dan berbentuk seperti bintang disebut Stellate shaped.
Secara keseluruhan akan terdapat 3 macam sarang yakni:
=Sarang yang sudah sembuh Sarang bentuk ini tidak perlu pengobatan lagi.
=Sarang Aktif Eksudatif Sarang bentuk ini perlu pengobatan yang lengkap dan sempurna.
=Sarang yang berada antara aktif dan Sembuh Sarang bentuk ini dapat sembuh sepontan tapi mengingat kemungkinan terjadinya eksaserbasi kembali sebaiknya diberi pengobatan yang sempurna juga.
5. Klasifikasi Tuberkulosis Paru.
a. Tuberkulosis Paru.
Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan paru tidak termasuk pleura selaput paru. Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak TBC Paru dibagi dalam:
1. Tuberkulosis Paru BTA Positif.
a. Sekurang kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasil BTA positif.
b. 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto rontgen dada menunjukan gambaran tuberkulosis aktif.
2. Tuberkulosis Paru BTA Negatif. Pemeriksaan.
3. Spesimen dahak SPS hasilnya BTA negatif dan foto rontgen dada menunjukan gambaran tuberkulosis aktif TBC Paru BTA Negatif Rontgen positif dibagi berdasarkan tingkat keparahan penyakitnya yaitu bentuk berat dan ringan.Bentuk berat bila gambaran foto rontgen dada memperlihatkan gambaran kerusakan paru yang luas misalnya proses far advanced atau milier dan/atau keadaan umum penderita buruk.
b. Tuberkulosis Ekstra Paru.
Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru misalnya pleura selaput otak selaput jantung pericardium kelenjar lymfe tulang persendian kulit usus ginjal saluran kencing alat kelamin dan lain lain TBC ekstra paru dibagi berdasarkan pada tingkat keparahan penyakitnya yaitu:
1. TBC Ekstra Paru ringan.
Misalnya TBC kelenjar limphe pleuritis eksudativa unilateral tulang kecuali tulang belakang sendi dan kelenjar adrenal.
2. TBC Ekstra Paru Berat.
Misalnya meningitis milier perikarditis peritonitis pleuritis eksudativa duplex TBC tulang belakang TBC usus TBC saluran kencing dan alat kelamin.
6. Tipe Penderita.
Tipe penderita ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya Ada beberapa tipe penderita yaitu: a. Kasus baru.
Adalah penderita yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan 30 dosis harian.
b. Kambuh Relaps.
Adalah penderita tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh kemudian kembali lagi berobat dengan hasil pemeriksaan dahak BTA positif.
c. Pindahan.
Adalah penderita yang sedang mendapat pengobatan di suatu kabupaten lain dan kemudian pindah berobat ke kabupaten ini.Penderita pindahan tersebut harus membawa surat rujukan atau pindah.
d. Setelah Lalai Pengobatan.
Pengobatan setelah default drop out adalah penderita yang sudah berobat paling kurang 1 bulan dan berhenti 2 bulan atau lebih kemudian datang kembali berobat.Umunya penderita tersebut kembali dengan hasil pemriksaan dahak BTA positif..
e. Gagal.
Adalah penderita BTA positif yang masih tetap positif atau kembali menjadi positif pada akhir bulan ke 5 satu bulan sebelum akhir pengobatan atau lebih.
f. Kasus Kronis.
Adalah penderita dengan hasil peeriksaan masih BTA positif setelah selesai pengobatan ulang kategori 2.
7. Gejala Gejala Klinis.
Keluhan yang dirasakan penderita tuberculosis dapat bermacam macam atau malah tanpa keluhan sama sekali Keluhan yang terbanyak adalah:
a. Demam.
Biasanya subfebris menyerupai demam influenza.Tapi kadang-kadang panas badan dapat mencapai 40-41�C.Serangan demam pertama dapat sembuh kembali.Begitulah seterusnya hilang timbulnya demam influenza ini sehingga penderita tidak pernah terbebas dari serangan demam influenza.Keadaan ini di pengaruhi daya tahan tubuh penderita dan berat ringannya infeksi kuman tuberculosis yang masuk.
b. Batuk.
Gejala ini banyak ditemukan Batuk terjadi karena adanya iritasi bronkus Batuk ini diperlukan untuk membuang produk-produk radang kelua.Karena terlibatnya bronkus pada setiap penyakit tidak sama mungkin saja batuk telah ada setelah penyakit berkembang di jaringan paru yang telah berminggu minggu atau berbulan bulan peradangan bermula Sifat batuk bermula dari batuk kering non produktif kemudian setelah timbul peradangan menjadi produktif menghasilkan sputum.Keadaan yang lanjut adalah batuk darah hemaptoe karena terdapat pembuluh darah yang pecah.Kebanyakan batuk darah pada tuberkulois terjadi pada kavitas tapi dapat juga terjadi pada ulkus dinding bronkus.
c. Sesak Nafas.
Pada penyakit yang ringan baru tumbuh belum dirasakan sesak nafas.Sesak nafas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut.Dimana infiltrasinya sudah setengah bagian paru paru.
d. Nyeri Dada.
Gejala ini agak jarang ditemukan.Nyeri dada timbul bila infiltrasi radang sudah sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis.
e. Malaise.
Penyakit Tuberkulosis merupakan radang yang menahun.Gejala maleise sering ditemukan berupa anoreksia tidak ada nafsu makan.Berat badan menurun sakit kepala meriang nyeri otot keringat malam dll.Gejala malaise ini makin lama makin berat dan terjadi hilang timbul secara tidak teratur.
8. Cara Penularan TB Paru.
Sumber penularan adalah penderita TB Paru BTA Positif pada waktu batuk atau bersin penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet percikan dahak.Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan di udara pada suhu kamar selama beberapa jam.Orang dapat terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup ke dalam saluran pernafasan.Setelah kuman TB masuk ke dalam tubuh manusia melalui pernafasan kuman TB tersebut dari paru ke bagian tubuh lainnya melalui sistem peredaran darah sistem sel limfe saluran nafas atau penyebaran langsung ke bagian bagian lainnya.Cara batuk memegang peranan penting Kalau batuk ditahan hanya akan dikeluarkan sedikit basil apalagi kalau saat batuk penderita menutup mulut dengan kertas tisu Depkes RI 2015:30.
9. Tindakan Pencegahan TB Paru.
Pasien dianjurkan untuk batuk atau bersin dan mengeluarkan ludah pada tissue dan menghindari meludah di sembarang tempat tissue tersebut tidak boleh dibuang disembarang tempat:
a. Tangan dicuci dengan menggunakan air mengalir dan sabun.
b. Tindakan kontrol infeksi sementara dengan memakai masker jangan menghentikan terapi pengobatan makanya obat secara teratur.
c. Berbicara dengan orang lain tidak berhadapan dalam jarak dekat.
d. Pasien dianjurkan berjemur di bawah sinar matahari
e. Kasur pasien sebaiknya dijemur.
f. Pakaian Alat alat makan dan alat alat lain yang digunakan pasien sebaiknya dipisahkan dengan anggota keluarga Depkes RI 2015.
10. Pengobatan.
Pengobatan tuberculosis terutama berupa pemberian obat antimikroba dalam jangka waktu lama.Obat obat ini juga dapat digunakan untuk mencegah timbulnya penyakit klinis pada seseorang yang sudah terjangkit infeksi.Penderita tubrekulosis dengan gejala klinis harus mendapat minimum dan obat untuk mencegah timbulnya strain yang resisten terhadap obat.Baru baru ini CDC dan American Thoraric Society ATS mengeluarkan pernyataan mengenai rekomendasi kemoterapi jangka pendek bagi penderita tuberculosis dengan riwayat tuberculosis paru yang tidak diobati sebelumnya.
11. Paduan Obat.
Dalam riwayat kemoterapi terhadap tuberculosis dulunya dipakai satu macam obat saja.Kenyataan dengan pemakaian obat tunggal ini banyak terjadi restitensi karena sebagian besar kuman tuberculosis memang dapat dibinasakan tapi sebagian kecil tidak.Kelompok resisten ini malah berkembang biak dengan leluasa.Untuk mencegah terjadinya resistensi ini terapi tuberculosis dilakukan dengan memakai paduan obat sedikitnya diberikan 2 macam obat yang bersifat bakterisid.
Jenis obat yang sering dipakai:
a. Isoniazid.
Dikenal dengan INH bersifat bakterisid dapat membunuh 90% populasi kuman dalam beberapa hari pengobatan.Obat ini sangat efektif terhadap kuman dalam keadaan metabolik aktif yaitu kuman yang sedang berkembang.Dosis harian yang dianjurkan 5 mg/kg BB seangkan untuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu diberikan dengan dosis 10 mg/kg BB.
b. Rifampisin.
Bersifat bakterisid dapat membunuh kuman semi dormant 9 persister yang dapat dibunuh oleh isoniasid Dosis 10 mg/kg BB diberikan sama untuk pengobatan harian maupun intermiten 3 kali seminggu.
c. Pirazinamid.
Bersifat bakterisid dapat membunuh kuman yang berada dalam sel dengan suasana asam.Dosis harian yang dianjurkan 25 mg/kg BB sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu diberikan dengan dosis 35 mg/kg BB.
d. Streptomisin.
bersifat bakterisi dosis harian yang dianjurkan 15 mg/kg bb sedangkan untuk pengobatan intermitan 3 kali seminggu digunakan dosis yang sama Penderita berumur sampai 60 tahun dosisnya 0 75 gr/hari sedangkan untuk berumur 60 tahun atau lebih diberikan 0 50 gr/hari. eEtambuthol.Bersifat sebagai bakteriostatik. Dosis harian yang dianjurkan 15 mg/kg BB sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu digunakan dosis 30 mg/kg BB.
12. Prinsip Pengobatan.
Pengobatan TB Paru dengan prinsip-prinsip sebagai berikut:
a. OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi dari beberapa jenis obat dalam jumlah cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan Hindari penggunaan monoterapi pemakaian OAT Kombinasi Dosis Tetap KDT akan lebih menguntungkan dan dianjurkan.
b. Untuk menjamin kepatuhan pasien dalam menelan obat pengobatan dilakukan dengan pengawasan langsung DOT Directhly Observed Treatment oleh seorang Pengawasan Menelan Obat POM.
c. Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap yaitu tahap awal dan lanjutan:
1. Tahap intensif/awal.
a. Pada tahap awal intensif pasien mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi secara langsung untuk mencegah terjadinya kekebalan terhadap obat.bila tahap awal intensif tersebut diberikan secara tepat biasanya pasien menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu.
b. Sebagaian besar penderita TB BTA positif menjadi BTA negatif konversi dalam 2 minggu.
2. Tahap lanjutan.
-Pada tahap lanjutan pasien untuk membunuh kuman persiter sehinnga mencegah terjadinya kekambuhan.
13. Pengawasan Menelan Obat PMO.
Tugas PMO Adalah:
a. Mengawasi penderita tuberculosis agar menelan obat secara teratur sampai selesai pengobatan.
b. Memberi dorongan kepada penderita agar mau berobat secara teratur.
c. Mengingatkan penderita untuk periksa ulang dahak pada waktu waktu yang telah ditentukan.
d. Memberi penyuluhan pada anggota keluarga penderita tuberkulosis yang mempunyai gejala gejala tersangka tuberkulosis untuk segera memeriksa ke unit pelayanan kesehatan.
14. Faktor Resiko Penyakit TB Paru.
Faktor resiko yang dapat menimbulkan penyakit tuberkulosis yaitu:
a. Daya Tahan Tubuh Yang Rendah.
adalah Pola hidup yang tidak benar Istirahat tidak cukup dan olah raga yang tidak teratur Pola makan yang tidak sehat.Makanan-makanan cepat saji yang tidak mencukup inutrisi yang kita butuhkan Lingkungan yang tidak sehat Polusi dan radiasi Marcel 2015.
b. Vaksinasi.
adalah pemberian vaksin kedalam tubuh seseorang untuk memberikan kekebalan terhadap penyakit tesebut sumber http://id.wikipedia.org/wiki/Vaksinasi di unduh pada tanggal 12 Juni 2012.
c. Kemiskinan.
adalah satu keadaan di mana seseorang itu kekurangan bahan-bahan keperluan hidup.Dalam masyarakat modern kemisikinan biasanya disamai dengan masalah kekurangan uang http://id.wikipedia.org/wiki/Kemiskinan di unduh pada tanggal 12 Juni 2012.
d. Kepadatan penduduk.
adalah Jumlah penduduk di suatu daerah atau negara mengalami perubahan dari waktu ke waktu.Perubahan ini disebut dinamika penduduk.Perubahan penduduk ini meliputi kelahiran kematian dan migrasi.Sedangkan jumlah penduduk yang meningkat dari tahun ke tahun disebut pertumbuhan penduduk.
e. HIV/AIDS.
adalah suatu penyakit yang sangat berbahaya karena mempunyai Case Fatality Rate 100% dalam lima tahun Aldo 2015.
f. Malnutrisi.
adalah suatu istilah umum yang merujuk pada kondisi medis yang disebabkan oleh diet yang tak tepat atau tak cukup WHO 2015.
g. Kelembaban Udara.
adalah dalam rumah dengan kejadian TB Paru kelembaban udara adalah prosentase jumlah kandungan air dalam udara Depkes RI 2015.Kelembaban terdiri dari 2 jenis yaitu:
1. Kelembaban absolut yaitu berat uap air perunit volume udara.
2. Kelembaban nisbi relatif yaitu banyaknya uap air dalam udara pada suatu temperatur terhadap banyaknya uap air pada saat udara jenuh dengan uap air pada temperatur tersebut.
BLOGGER INDONESIA: Ikatlah Ilmu Dengan Menuliskannya.Secara umum penilaian kelembaban dalam rumah dengan menggunakan hygrometer.Menurut indikator pengawasan perumahan kelembaban udara yang memenuhi syarat kesehatan dalam rumah adalah 40-60 % dan kelembaban udara yang tidak memenuhi syarat kesehatan adalah < 40 % atau > 60 % Depkes RI 2015. Rumah yang tidak memiliki kelembaban yang memenuhi syarat kesehatan akan membawa pengaruh bagi penghuninya.Rumah yang lembab merupakan media yang baik bagi pertumbuhan mikroorganisme antara lain bakteri spiroket ricketsia dan virus.
http://noeylab.blogspot.com/2016/12/blogger-indonesiaikatlah-ilmu-dengan-menulisnya.html
Mikroorganisme tersebut dapat masuk ke dalam tubuh melalui udara.Selain itu kelembaban yang tinggi dapat menyebabkan membran mukosa hidung menjadi kering sehingga kurang efektif dalam menghadang mikroorganisme Resiko terjadinya Tuberkulosis.Paru adalah umur jenis kelamin tingkat pendidikan pekerjaan kebiasaan merokok dan kepadatan hunian rumah.
Demikianlah yang bisa saya share untuk saat ini moga saja ini bisa bermanfaat bagi kalian yang sedang menghadapi semester akhir dan lagi kalang kabut mencari Contoh Skiripsi Kesehatan Terbaru 2016-2017.
Sumber: Wikepedia-Google-Portal Kesehatan RI-Buku Contoh Skiripsi Dan Tesis Kesehatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar